You are currently viewing Nyeri Bukan Musuh, Tapi Pesan: Mengelola Rasa Sakit dengan Mind-Body Syndrome dan Thinking QULBI Method

Nyeri Bukan Musuh, Tapi Pesan: Mengelola Rasa Sakit dengan Mind-Body Syndrome dan Thinking QULBI Method

0Shares

Pendahuluan

Pernahkah merasa nyeri yang tak kunjung hilang, meskipun hasil rontgen atau tes medis menunjukkan kondisi normal? Ini sering terjadi karena tubuh dan pikiran kita bekerja lebih kompleks daripada sekadar hubungan mekanis. Dr. Howard Schubiner, seorang pakar nyeri kronis, mengembangkan metode Mind-Body Syndrome (MBS) yang menjelaskan bahwa nyeri sering kali merupakan alarm palsu dari otak.

Di Griya Sehat QULBI, nyeri dipandang secara holistik melalui QULBI Method, khususnya dalam aspek Thinking pada Input Habits. Nyeri bukan sekadar masalah fisik, tapi juga pesan dari tubuh yang perlu kita pahami. Jadi, bagaimana kita bisa “meretas” nyeri dan mengelolanya? Yuk, kita bahas!

Nyeri: Alarm yang Salah Baca

Dr. Schubiner dalam bukunya Unlearn Your Pain menjelaskan bahwa banyak kasus nyeri kronis bukan disebabkan oleh kerusakan jaringan, melainkan oleh Mind-Body Syndrome (MBS). Ini adalah kondisi di mana otak menyimpan trauma, stres, atau keyakinan negatif dalam bentuk sinyal nyeri yang sebenarnya tidak diperlukan.

Bayangkan alarm kebakaran yang terus berbunyi meskipun tidak ada api. Otak kita bisa melakukan hal serupa—menghasilkan nyeri meskipun tidak ada ancaman nyata. Hal ini sejalan dengan prinsip Thinking dalam QULBI Method, yang mengajarkan bahwa pola pikir kita tentang nyeri dan tubuh berperan besar dalam proses penyembuhan.

Nyeri ini nyata, bukan hanya “di kepala” pasien, tapi penyebabnya sering kali lebih banyak berasal dari pola pikir dan emosi daripada kerusakan fisik.

Teknik Praktis Mengelola Nyeri dengan Mind-Body Syndrome

Dr. Schubiner mengajarkan teknik berbasis Mind-Body Syndrome (MBS) untuk membantu pasien memahami dan mengelola nyeri. Berikut adalah langkah-langkah MBS yang juga diterapkan di Griya Sehat QULBI dalam poin Thinking di QULBI Habits:

1. Edukasi Nyeri: Memahami Otak dan Tubuh

Pahami bahwa nyeri sering kali adalah sinyal yang salah dari otak, bukan kerusakan permanen di tubuh. Dengan mengetahui ini, pasien bisa lebih tenang dan percaya bahwa nyeri bisa diatasi.

Aksi Praktis “Thinking” di Griya Sehat QULBI:
Ketika pasien datang, beri mereka penjelasan sederhana:
“Tubuh kamu sebenarnya baik-baik saja. Otak kamu hanya sedang overthinking tentang nyeri ini. Kita akan membantu otakmu untuk santai lagi. Biidznillah”

2. Identifikasi Pemicu Emosional

Banyak nyeri kronis terkait dengan trauma atau stres yang belum terselesaikan.

Aksi Praktis “Thinking” di QULBI Method:
Libatkan pasien dalam journaling untuk mengidentifikasi emosi sebelum nyeri muncul. Ajak refleksi dengan pertanyaan:
“Adakah masalah yang belum selesai? Mungkin nyeri ini cara tubuhmu mengingatkanmu untuk menghadapinya. Kamu tidak perlu stres berlebihan, hadapi saja, selesaikan seraya memohon kemudahan dari Allah Ta’ala. Semua masalah di dunia pasti ada solusi & hikmahnya. Ingat masalah terbesar kita hanyalah kematian, Apakah kita bisa selamat di akhirat, masuk Surga atau Neraka?

3. Ubah Cara Berpikir (Reframing)

Keyakinan negatif memperburuk nyeri. Latih pasien untuk mengganti pola pikir seperti “Aku pasti sakit parah” menjadi “Tubuhku kuat dan sedang pulih.”

Aksi Praktis Aksi Praktis “Thinking” di QULBI Method: 

Lakukan afirmasi seperti:
“Nyeri ini sementara. Tubuh kamu bisa memperbaiki dirinya sendiri, Biidznillah”

4. Latihan Relaksasi dan Mindfulness

Stres memperburuk nyeri. Relaksasi seperti pernapasan dalam atau body scan membantu tubuh dan otak menjadi lebih rileks.

Aksi Praktis “Thinking” di QULBI Method:
Kombinasikan teknik rileksasi ini dengan elemen Touching di FASCIA Hack, seperti myofascial release, untuk membantu pasien lebih rileks saat terapi.

5. Eksposur Aktivitas Aman

Ajak pasien melakukan gerakan yang sebelumnya mereka hindari karena takut nyeri.

Aksi Praktis “Thinking” di QULBI Method:

Latih tubuh dan otak untuk belajar dan percaya bahwa aktivitas tersebut aman, Biidznillah

6. Cerita Inspiratif Pasien Lain

Motivasi pasien dengan kisah nyata mereka yang berhasil mengelola nyeri dengan pendekatan ini. Contoh:
“Ada pasien yang nyeri punggungnya hilang setelah ia sadar bahwa nyerinya berasal dari stres, bukan kerusakan tulang. Kamu juga bisa seperti itu.”

—-

Program 28 Hari: Memprogram Ulang Otak untuk Mengatasi Nyeri

Dr. Schubiner merancang program 28 hari untuk membantu klien memprogram ulang otak dan mengatasi nyeri kronis. Berikut adalah gambaran program yang juga diterapkan Klien di Griya Sehat QULBI:

Minggu Pertama (Hari 1–7): Edukasi dan Refleksi Awal

Fokus: Memahami bahwa nyeri kronis lebih dipengaruhi oleh otak daripada tubuh.

Aktivitas:

  • Pelajari hubungan antara stres, trauma, dan nyeri.
  • Jurnal harian: Tulis pengalaman emosional yang mungkin memengaruhi kesehatan.
  • Identifikasi keyakinan negatif tentang nyeri (misal: “Saya akan selalu sakit”).
  • Lakukan relaksasi sederhana dengan  teknik pernapasan diafragma (Belly Breathing) selama 10 menit setiap hari.

Minggu Kedua (Hari 8–14): Identifikasi Pemicu Emosional

Fokus: Menggali trauma atau konflik emosi yang belum terselesaikan.

Aktivitas:

  • Tuliskan kejadian dalam hidup yang memicu stres atau trauma.
  • Kenali pola pikir atau emosi spesifik yang memicu nyeri saat ini.
  • Lakukan latihan visualisasi untuk mengingat kejadian tersebut, lalu fokus pada perasaan aman dan lega.

Minggu Ketiga (Hari 15–21): Reframing dan Mindfulness

Fokus: Mengganti pola pikir negatif dengan keyakinan positif.

Aktivitas:

  • Identifikasi pikiran negatif seperti “Aku tidak bisa sembuh.”
  • Ganti dengan afirmasi positif, misalnya, “Tubuhku sedang belajar pulih. Biidznillah”
  • Lakukan mindfulness: Amati nyeri tanpa memberi label buruk.
  • Mulai eksposur aktivitas yang sebelumnya dihindari secara bertahap.

Minggu Keempat (Hari 22–28): Program Ulang Otak

Fokus: Melatih otak untuk “mematikan alarm nyeri.”

Aktivitas:

  • Ulangi visualisasi dan afirmasi setiap hari.
  • Lakukan gerakan yang sebelumnya dihindari sambil mengatakan, “Aku bisa melakukan ini tanpa rasa takut. Biidznillah”
  • Gunakan teknik pernapasan diafragma untuk mengatasi rasa takut terhadap nyeri.
  • Tulis refleksi tentang kemajuan yang dirasakan.

—–

Thinking di QULBI Method: Mengubah Pola Pikir untuk Mengubah Hidup

Poin Thinking dalam QULBI Habits (1 dari 3 Metode di QULBI Method) menekankan pentingnya berpikir positif dan sadar diri untuk mendukung kesehatan tubuh. Pola pikir yang salah, seperti kecemasan berlebihan atau keyakinan negatif tentang tubuh, bisa memperburuk nyeri. Sebaliknya, pola pikir yang benar bisa menjadi alat paling kuat untuk memulihkan diri.

Di Griya Sehat QULBI, mengubah pikiran berarti mengubah hidup. Edukasi dan terapi FASCIA Hack bertujuan tidak hanya memperbaiki struktur tubuh, tapi juga memperbaiki hubungan antara pikiran dan tubuh.

Kesimpulan: Nyeri adalah Pesan, Bukan Hukuman

Mengelola nyeri bukan hanya soal memperbaiki otot atau tulang, tapi juga memperbaiki pikiran dan emosi yang ada di baliknya. Mind-Body Syndrome (MBS) dari Dr. Schubiner sejalan dengan pendekatan holistik di Griya Sehat QULBI melalui QULBI Method, khususnya dalam poin Thinking di QULBI Habits.

Kalau nyeri adalah alarm palsu, maka tugas kita adalah memperbaiki alarm itu, bukan memadamkan api yang tidak ada.

Referensi:

  • Schubiner, Howard. Unlearn Your Pain: A Mind-Body Approach to Chronic Pain Recovery.
  • Syaifullah, E. (2025). QULBI Method: Solusi Nyeri Holistik.
  • Griya Sehat QULBI.
    www.qulbi.com – Website resmi Griya Sehat QULBI.
0Shares

Griya Sehat QULBI

Spesialis Terapi Nyeri Bekasi

Tinggalkan Balasan