Fruktosa Alami atau Buatan – Pernah nggak merasa heran kenapa tubuh begitu mudah menimbun lemak, bahkan saat makan “nggak seberapa”?
Ternyata, jawabannya tersembunyi dalam satu gula sederhana yang dulu menyelamatkan manusia dari kepunahan: fruktosa.
Ya, gula yang sekarang banyak disalahkan sebagai biang obesitas ini dulunya justru pahlawan dalam sistem bertahan hidup ciptaan Allah Ta’ala.
Masalahnya, di zaman modern, sistem survival itu tak pernah kita matikan.
Fruktosa dulunya jadi jalur penyelamat makhluk hidup saat kelaparan dan kekeringan.
Tapi kini, mekanisme yang sama justru memicu obesitas, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Bagaimana cara menormalkannya kembali lewat Functional Medicine dan QULBI Habits?
Fruktosa, Gula yang Diciptakan untuk Bertahan Hidup
Bayangkan zaman purba, ketika bumi sedang dingin, gersang, dan makanan langka. Hewan dan manusia purba bertahan bukan karena makan banyak, tapi karena tubuh mereka punya sistem survival otomatis.
Dan pusat dari sistem itu adalah satu molekul sederhana: fruktosa.
Menurut Dr. Richard J. Johnson dalam Journal of Internal Medicine (2020), fruktosa berperan penting saat terjadi kelaparan, dehidrasi, atau kekurangan oksigen.
Dalam kondisi ekstrem, enzim aldose reductase mengubah glukosa menjadi fruktosa.
Begitu fruktosa aktif, tubuh langsung berpindah ke “mode bertahan hidup”:
- energi diarahkan ke penyimpanan lemak dan glikogen,
- pembakaran energi di mitokondria dikurangi,
- dan tubuh siap menghadapi masa kelaparan panjang.
Fruktosa membuat tubuh menyimpan energi dan bahkan “membuat air dari lemak” — sekitar 1 gram lemak bisa hasilkan 1,1 gram air.
Itulah mengapa unta dan hewan gurun bisa bertahan tanpa minum lama-lama.
—
Insulin Resistance: Mekanisme Pintar yang Salah Tempat
Fruktosa juga memicu insulin resistance, dan ini bukan cacat — ini strategi.
Tujuannya? Menjaga glukosa tetap tersedia untuk otak.
Ketika kelaparan, otot berhenti mengambil glukosa supaya otak dapat prioritas bahan bakar.
Masalahnya, kini kita hidup di dunia kenyang.
Tubuh masih memakai logika “hemat energi”, padahal makanan berlimpah.
Akhirnya, mode bertahan hidup ini berubah jadi mode menimbun lemak tanpa henti.
—
Dua Mutasi Besar yang Mengubah Cara Tubuh Menyimpan Energi
1. Mutasi Vitamin C (65 juta tahun lalu)
Manusia kehilangan gen pembuat vitamin C.
Tanpa vitamin C, efek fruktosa untuk menyimpan lemak jadi lebih kuat — bagus di masa kelaparan, tapi berbahaya di zaman modern.
2. Mutasi Uricase (12–14 juta tahun lalu)
Gen pemecah asam urat rusak.
Akibatnya, kadar asam urat meningkat dan memperkuat efek fruktosa dalam menyimpan lemak dan menaikkan tekanan darah.
Kombinasi dua mutasi ini membuat tubuh kita sangat efisien menimbun energi — tapi di era serba manis, kemampuan ini jadi bumerang.
—
Dari Survival Pathway ke Metabolic Syndrome
Zaman dulu fruktosa datang dari buah atau madu musiman.
Sekarang, dia datang dari gula rafinasi dan high-fructose corn syrup (HFCS) yang ada di hampir semua minuman kemasan.
Tubuh pun terus mengira kita sedang kekurangan makanan, padahal sedang duduk di kafe dengan perut kenyang.
Hasilnya:
- Obesitas → karena energi disimpan terus.
- Hipertensi → karena vasopressin dan natrium meningkat.
- Diabetes → karena insulin resistance kronik.
- Fatty liver, demensia, dan kanker → karena fruktosa memaksa tubuh pakai jalur fermentasi (Warburg effect).
Singkatnya, tubuh masih berperilaku seperti di zaman kelaparan, padahal sedang tenggelam dalam kelimpahan kalori.
—
FM & QULBI View: Kembalikan Jalur Survival ke Keseimbangan
Dalam pandangan Functional Medicine (FM), fruktosa bukan musuh. Ia adalah mekanisme adaptif yang aktif di waktu yang salah.
Masalahnya bukan pada fruktosa, tapi pada kebiasaan modern yang membuat jalur survival ini nyala terus tanpa keseimbangan. Berikut aplikasi QULBI Habits untuk mengembalikan keseimbangan tubuh :
Eating Habits
- Hindari gula tambahan dan minuman manis berfruktosa tinggi.
- Konsumsi fruktosa hanya dari buah utuh, bukan jus.
- Tambahkan sumber vitamin C alami seperti jeruk, amla, camu-camu untuk menetralkan efek fruktosa.
- Berhenti sebelum kenyang — karena kenyang berlebih justru menipu tubuh seolah sedang lapar ekstrem.
Fasting Habits
Puasa adalah reset alami jalur fruktosa–vasopressin.
Saat puasa, tubuh menenangkan sistem survival dan memperbaiki sensitivitas insulin.
Inilah kenapa Fasting Habits dalam QULBI bukan sekadar ritual, tapi reprogramming metabolik.
Moving Habits
Gerakan tubuh (sesuai prinsip Balancing + Moving) mengaktifkan mitokondria dan mengalihkan tubuh dari mode penyimpanan ke mode pembakaran.
Tanpa gerak, tubuh tetap “percaya” sedang kelaparan, padahal kelebihan kalori.
—
Dari Survival ke Sadar
Allah Ta’ala menciptakan tubuh dengan luar biasa cerdas.
Fruktosa bukan kesalahan, ia adalah rahmat — sistem darurat yang menolong manusia purba bertahan di masa sulit.
Namun di zaman modern, sistem yang sama justru membuat banyak orang menderita penyakit metabolik. Pahami Fruktosa Alami atau Buatan.
Maka, solusi sejatinya bukan sekadar “hindari gula”, tapi kembalikan konteks tubuh pada keseimbangannya.
Biarkan tubuh berhenti bertahan dan mulai hidup sadar — seimbang, ringan, dan selaras dengan fitrah penciptaannya.
—
Referensi
- Johnson RJ, et al. Fructose metabolism as a common evolutionary pathway of survival associated with climate change, food shortage and droughts. J Intern Med. 2020;287:252–262.
DOI: 10.1111/joim.12993 - Syaifullah, E. QULBI Method: Solusi Nyeri Holistik 2025, Website Griya Sehat QULBI – www.qulbi.com
