You are currently viewing 5 Kebenaran Diabetes yang Jarang Diungkap Publik – dan Bagaimana QULBI Habits Bisa Jadi Jalan Pulangnya

5 Kebenaran Diabetes yang Jarang Diungkap Publik – dan Bagaimana QULBI Habits Bisa Jadi Jalan Pulangnya

0Shares

Kebenaran Diabetes yang Jarang Diungkap – Kalau dengar kata “diabetes,” banyak orang langsung kebayang: “kebanyakan makan manis, kurang olahraga, jadi gula darah naik.”
Selesai. Sesederhana itu.

Tapi sebenarnya, diabetes jauh lebih rumit. Ia bukan sekadar soal kalori atau nasi sepiring penuh. Ada drama hormonal, dogma medis yang sudah berusia puluhan tahun, dan kebiasaan hidup yang kadang justru memperparah keadaan.

Mari kita bongkar 5 kebenaran diabetes versi dr. Yosef S. Sugi, M.Biomed, SpPD yang jarang sekali diungkap ke publik, dengan tambahan bumbu ilmiah biar kita sama-sama paham: mana fakta, mana asumsi.

1. Diabetes bukan sekadar masalah kalori, tapi masalah hormon insulin

Kita sering diajari bahwa obesitas dan diabetes muncul karena “kebanyakan makan.” Padahal, inti masalah ada pada insulin, hormon kunci yang membuka pintu sel agar gula masuk jadi energi.

Saat insulin diproduksi terlalu banyak (hiperinsulinemia) atau sel tidak merespons lagi (resistensi insulin), gula darah terjebak di aliran darah.

Bukti ilmiah:
Studi di Journal of Endocrinology menunjukkan bahwa peningkatan insulin berlebihan justru bisa memicu resistensi insulin sendiri—seperti lingkaran setan (Joe, 2014). Review lain di Nature Reviews Endocrinology menegaskan, diabetes tipe 2 lebih cocok disebut “penyakit insulin” ketimbang sekadar “penyakit kalori.”

2. Rekomendasi resmi menganjurkan diet tinggi karbohidrat—padahal karbohidrat paling cepat menaikkan gula darah

Sejak 1970-an, asosiasi diabetes dunia (misalnya ADA) menganjurkan penderita makan 60% kalori dari karbohidrat. Alasannya, supaya lemak jenuh berkurang dan risiko jantung menurun.

Masalahnya, karbohidrat adalah bahan bakar tercepat untuk gula darah. Jadi ibarat bensin dituang ke api, lonjakan gula sulit dikendalikan.

Bukti ilmiah:
Meta-analisis terbaru di Frontiers in Nutrition (2024) menemukan bahwa diet rendah karbohidrat menurunkan HbA1c, gula puasa, dan trigliserida jauh lebih baik dibanding pola diet tinggi karbohidrat. Bahkan, review Nutrition & Metabolism (2021) menyebut restriksi karbohidrat efektif mengurangi resistensi insulin.

3. Insulin sering lebih berbahaya daripada yang disadari

Jangan salah, insulin itu pahlawan bagi penderita diabetes tipe 1—tanpa insulin, hidup mereka terancam. Tapi pada diabetes tipe 2, insulin dalam dosis besar bisa jadi pedang bermata dua.

Baca Juga :  Terjebak dalam Lingkaran Setan Obat Diabetes: Mau Sampai Kapan? Ini Cara Kabur dengan QULBI Method!

Berat badan naik, resistensi insulin makin parah, bahkan risiko penyakit jantung meningkat. Semakin tinggi dosis insulin, semakin berat risiko.

Bukti ilmiah:
Artikel di BMC Medicine (2020) menyebut “too much insulin can be harmful.” Studi lain di Cardiovascular Diabetology (2017) menunjukkan, terapi insulin dosis tinggi berhubungan dengan peradangan dan risiko kardiovaskular.

4. Diet rendah karbohidrat/tinggi lemak (keto) bukan tren baru, tapi terapi klasik yang dilupakan

Banyak orang mengira keto itu tren modern. Padahal sejak abad ke-19, dokter Eropa dan Amerika sudah meresepkan diet rendah karbohidrat untuk menstabilkan gula darah pasien diabetes.

Baru setelah insulin ditemukan tahun 1920-an, paradigma berubah: “karbohidrat tetap dimakan, insulin yang menutupi.” Sejak itu, terapi klasik ini seolah dikubur.

Bukti ilmiah:
Artikel review di Journal of Clinical Investigation (2021) menuliskan sejarah bahwa restriksi karbohidrat adalah terapi utama sebelum insulin. Riset terbaru di Nutrition & Metabolism (2024) menunjukkan diet sangat rendah karbo (VLCKD) menurunkan HbA1c, insulin, trigliserida, bahkan tekanan darah.

5. “Evidence-based medicine” dalam diabetes sering dibangun di atas konsensus, bukan bukti kokoh

Kata “evidence-based” terdengar kokoh, tapi kenyataannya banyak pedoman lahir bukan dari uji klinis besar, melainkan konsensus ahli. Artinya, keputusan sering dibuat berdasar kesepakatan—yang kadang penuh bias—bukan data yang benar-benar kuat.

Itulah mengapa dogma “lemak jenuh berbahaya” bisa bertahan puluhan tahun meski bukti ilmiahnya rapuh.

Bukti ilmiah:
Analisis di Nutrients (2025) menyebut banyak mitos diet bertahan karena konfirmasi bias. Namun kabar baiknya, konsensus terbaru sudah mulai membuka ruang untuk pola makan rendah karbohidrat dalam manajemen diabetes (Volek et al., 2023).

Jalan Pulang Bersama QULBI Habits

Jadi, apa yang bisa dipetik dari semua ini? Bahwa kita nggak harus menunggu guideline resmi berubah dulu baru bergerak. Ada jalan pulang, yaitu lewat QULBI Habits—kebiasaan sehat holistik yang bisa diterapkan siapa pun, kapan pun.

Untuk diabetes, kuncinya ada di sini:

1. Eating – atur asupan, bukan sekadar hitung kalori

Kurangi karbohidrat olahan, perbanyak real food, dan dukung metabolisme dengan herbal alami.

2. Moving – bergerak itu terapi

Nggak harus lari maraton. Cukup squat 10x tiap 45 menit, jalan kaki santai, atau peregangan fascia. Tubuh bukan dibuat untuk duduk 8 jam nonstop.

Baca Juga :  Big Pharma & SOLUSI NYERI TANPA OBAT: Saatnya Perbaiki Root Cause!

3. Thinking & Connecting – kelola stres, jaga hati tetap tenang

Stres itu bikin kortisol naik, dan kortisol memperburuk resistensi insulin. Dengan doa, syukur, dan mindfulness, hormon jadi lebih seimbang.

Apa yang bisa mulai hari ini?

1. Kurangi nasi, roti, dan gula tambahan pelan-pelan.

2. Biasakan berdiri atau bergerak setiap 30–60 menit.

3. Fokus pada pemahaman & pengamalan dalam kehidupan ini adalah tujuan penciptaan kita adalah ibadah kepada Allah Ta’ala.

Kelihatannya kecil, tapi itulah “hack” sesungguhnya: FASCIA Hack untuk tubuh, QULBI Habits untuk hidup. Inilah Kebenaran Diabetes yang Jarang Diungkap

Referensi :

  • Kraft JR. Diabetes Epidemic & You. Trafford Publishing; 2008. (Tentang hiperinsulinemia sebagai akar masalah diabetes).
  • Reaven GM. Insulin resistance: the link between obesity and cardiovascular disease. Med Clin North Am. 2011;95(5):875-892.
  • Feinman RD, Pogozelski WK, Astrup A, et al. Dietary carbohydrate restriction as the first approach in diabetes management: critical review and evidence base. Nutrition. 2015;31(1):1-13.
  • Hallberg SJ, Gershuni VM, Hazbun TL, Athinarayanan SJ. Reversing Type 2 Diabetes: A Narrative Review of the Evidence. Nutrients. 2019;11(4):766.
  • American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care. 1979–2024 (berbagai edisi).
  • Wright JL, Aronne LJ. Causes of obesity. Abdom Imaging. 2012;37(5):730–732.
  • Virta Health Study: Athinarayanan SJ, Hallberg SJ, et al. Long-Term Effects of a Novel Continuous Remote Care Intervention Including Nutritional Ketosis for the Management of Type 2 Diabetes. Front Endocrinol. 2019;10:348.
  • Oschman JL. Energy Medicine: The Scientific Basis. Churchill Livingstone; 2016. (Pandangan fascia & metabolisme dalam konteks FM).
  • Fung J. The Obesity Code: Unlocking the Secrets of Weight Loss. Greystone Books; 2016. (Dokter FM yang menyoroti peran insulin, puasa, dan karbohidrat rendah).
  • Phinney SD, Volek JS. The Art and Science of Low Carbohydrate Living. Beyond Obesity LLC; 2011.
  • Diskusi di Group Indonesian Society of Lifestyle & Interdisciplinary Medicine oleh dr. Yosef S. Sugi, M.Biomed, SpPD
  • Syaifullah, E. QULBI Method: Solusi Nyeri Holistik 2025, Website Griya Sehat QULBI – www.qulbi.com
0Shares

Griya Sehat QULBI

Spesialis Terapi Nyeri Bekasi

Tinggalkan Balasan