Terapi Vitamin D3 Dosis Tinggi – Ada dua “mesin” besar yang menggerakkan tubuh manusia: biokimia dan biomekanika.
Yang satu mengatur reaksi di dalam sel, yang lain menata keseimbangan struktur tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
Tapi sayangnya, banyak orang hanya fokus ke satu sisi saja — minum suplemen tanpa memperbaiki gerak tubuh, atau sebaliknya, rajin olahraga tapi abai pada keseimbangan mineral dan hormon.
Padahal, keduanya saling berpelukan. Dan di sinilah menariknya: Coimbra Protocol mewakili alat bantu biokimia, sedangkan QULBI Method menghadirkan alat bantu biomekanika dan kebiasaan hidup. Ketika keduanya bersinergi, barulah tubuh punya peluang pulih secara utuh — lahir dan batin.
—
Coimbra Protocol: Seni Mengaktifkan Imunitas, Bukan Merusaknya
Coimbra Protocol bukan hanya terapi vitamin D dosis tinggi.
Ia adalah pendekatan biokimia yang menyesuaikan dosis berdasarkan resistensi tubuh terhadap hormon D (calcitriol).
Pada pasien autoimun, reseptor vitamin D cenderung “mati rasa” — mirip pintu yang terkunci meski kuncinya (vitamin D) sudah banyak. Maka dibutuhkan dosis lebih tinggi untuk menyalakan kembali sistem imun alami tubuh.
Inilah protokol dari Dr. Cicero Galli Coimbra, seorang neurolog asal Brasil yang mengguncang dunia medis ketika menemukan bahwa penderita autoimun ternyata memiliki resistensi terhadap vitamin D.
Artinya, tubuh mereka tidak bisa “menggunakan” vitamin D secara efisien di tingkat reseptor, sehingga sistem imun kehilangan kendali dan mulai menyerang jaringan sendiri.
Untuk mengatasi itu, Dr. Coimbra memperkenalkan protokol vitamin D dosis tinggi — bukan sekadar ribuan IU per hari seperti suplemen biasa, tapi bisa mencapai 10.000 hingga 50.000 IU per hari, bahkan lebih, dengan pengawasan ketat dan pemeriksaan laboratorium rutin.
Tujuannya bukan “overdosis vitamin D”, melainkan mengatasi resistensi reseptor agar vitamin D bisa kembali berfungsi sebagai immune modulator — menenangkan sistem imun yang terlalu reaktif.
Namun, Dr. Coimbra selalu menegaskan:
“High dose doesn’t mean reckless dose.”
Karena itu, protokol ini selalu disertai:
- Pemantauan laboratorium (kalsium, PTH, kreatinin, fungsi ginjal)
- Hidrasi 2–3 liter/hari
- Penghindaran makanan tinggi kalsium
- Konsumsi magnesium dan vitamin K2 sebagai pelindung kalsium salah arah
—
⚖️ Vitamin K2: Sang Navigator Kalsium
Buku “How Not to Die with True High-Dose Vitamin D Therapy” karya Tiago Henriques menjelaskan peran penting vitamin K2 (MK-7) dalam Coimbra Protocol.
Ia berfungsi seperti navigator — memastikan kalsium dari vitamin D3 disimpan di tempat yang benar: tulang dan gigi, bukan di pembuluh darah atau ginjal.
Tanpa K2, kalsium bisa menumpuk di tempat yang salah, menimbulkan kesan seolah “vitamin D dosis tinggi berbahaya”.
Padahal, masalahnya bukan pada vitamin D3-nya, tapi ketidakseimbangan sistem pendukungnya.
—
️Kontroversi: Ketika Cahaya Matahari Menantang Bisnis Gelap
Tak bisa dipungkiri, protokol ini sempat — dan masih — diserang oleh industri farmasi besar (Rockefeller Medicine).
Kenapa? Karena vitamin D3 itu murah, alami, dan tidak bisa dipatenkan.
Sedangkan obat autoimun konvensional seperti steroid, biologic, dan imunomodulator punya nilai miliaran dolar per tahun.
Inilah benturan klasik antara kebenaran biologis dan kepentingan ekonomi.
Namun, dokter-dokter Functional Medicine seperti Dr. Renu Mahtani (murid Dr. Coimbra) dan penulis seperti Tiago Henriques terus memberi edukasi dengan hasil klinis nyata — membuktikan bahwa ribuan pasien autoimun di dunia membaik lewat pendekatan biokimia yang aman dan berbasis akar masalah (root-cause healing).
Coimbra bukan anti-sains. Justru, ia berangkat dari sains murni tentang fisiologi manusia.
Ia meneliti bahwa:
- Vitamin D bukan sekadar vitamin, tapi hormon neurosteroid yang berperan mengatur lebih dari 1.000 gen, termasuk sistem imun.
- Penderita autoimun memiliki mutasi reseptor vitamin D (VDR polymorphism), sehingga butuh dosis lebih tinggi untuk efek yang sama.
- Dengan pemantauan ketat, dosis tinggi D3 terbukti aman, sebagaimana dikonfirmasi oleh beberapa studi case series (Coimbra et al., 2019; Mahtani, 2022).
Jadi, Coimbra Protocol bukan melawan kedokteran modern, tapi melengkapi celah yang belum disentuh oleh pendekatan farmakologis murni.
Istilahnya: ini bukan “anti-mainstream”, tapi “beyond the mainstream”.
—
QULBI View: Menyatukan Biochemicals dan Biomechanics
Di sinilah QULBI Method hadir dengan sudut pandang khas:
Kami melihat Coimbra Protocol sebagai ikhtiar Biochemical, dan QULBI Method sebagai ikhtiar Biomechanical dan Habitual.
Satu bekerja di level seluler dan hormonal,
satu lagi bekerja di level struktur, gerak, dan kebiasaan hidup.
Karena kesehatan sejati bukan cuma soal apa yang diminum, tapi juga bagaimana tubuh bergerak, berpikir, dan berhubungan dengan Allah Ta’ala.
Dalam QULBI Habits, sinergi ini dijalankan lewat dua jalur:
- Biochemical Habits: Eating (nutrisi & suplementasi), Connecting (spiritual balance) & Thinking (mindset healing).
- Biomechanics Habits: Balancing (struktur tubuh), Touching (rileksasi fascia), Moving (aktivasi gerak integratif).
Keduanya bertemu di satu titik:
✨ Homeostasis tubuh yang seimbang dan sadar akan Penciptanya. ✨
—
Aplikasi Harian Sinergi Coimbra Protocol x QULBI Method
Ketika tubuh ibarat taman, Coimbra Protocol adalah pupuknya — memberi nutrisi biokimia.
Sedangkan QULBI Method adalah tukang kebunnya — memastikan akar dan batang tumbuh di arah yang benar.
Berikut panduan aplikatifnya:
☀️ 1. Dosis dan Tahapan Vitamin D3 (Renu Mahtani Version)
- Jika Level Vitamin D < 20 ng/ml:
50.000 IU D3 per hari selama 10 hari, atau injeksi 600.000 IU IM.
Lanjut 50.000 IU per minggu selama 3 bulan, lalu setiap 15 hari.
- Jika Level Vitamin D; 20–40 ng/ml:
50.000 IU per hari selama 5 hari, lanjut mingguan.
- Jika Level Vitamin D > 40 ng/ml:
Tanpa loading dose, cukup 50.000 IU per minggu.
Selalu disertai: Vitamin K2 (100–200 mcg/hari), magnesium (200–400 mg), hidrasi 2–3 L/hari, dan diet rendah kalsium.
—
2. Dosis Vitamin D Ditentukan oleh Respons PTH, Bukan Level Angka D semata
Ini poin yang sering disalahpahami. Banyak orang mengira semakin tinggi angka vitamin D di darah, semakin baik. Padahal, tidak selalu begitu.
Dr. Coimbra justru menilai keberhasilan terapi bukan dari angka 25(OH)D, tapi dari respon PTH (Parathyroid Hormone).
Kenapa? Karena PTH adalah “lampu indikator mesin” yang menunjukkan apakah vitamin D benar-benar bekerja di dalam tubuh.
- Jika vitamin D rendah → tubuh menaikkan PTH agar kalsium tetap cukup.
- Jika vitamin D tinggi dan efektif → PTH akan turun ke batas bawah normal, menandakan sistem sudah seimbang.
Maka dosis vitamin D disesuaikan dengan PTH, bukan kadar D-nya.
Kalau PTH masih tinggi, artinya tubuh masih resisten — dosis bisa dinaikkan perlahan.
Kalau PTH terlalu rendah, artinya sudah cukup — dosis bisa diturunkan.
Analogi mudahnya: kadar vitamin D itu seperti bensin di tangki, sedangkan PTH adalah rpm mesin. Kamu nggak bisa menilai performa mobil hanya dari banyaknya bensin, tapi dari bagaimana mesinnya merespons bahan bakar itu.
Dengan pemantauan PTH inilah Coimbra Protocol menjadi personalized and functional, bukan terapi “one-size-fits-all”.
3. Integrasi Biochemical Habits (Input)
- Thinking: jaga pikiran syukur & positif → stres menurunkan reseptor D3.
- Connecting: mulai hari dengan dzikir & doa → hormon seimbang.
- Eating: real food, herbal antiinflamasi (kunyit, kelor, jahe).
Tubuh yang tenang = tanah subur untuk pupuk biokimia.
—
4. Integrasi Biomechanics Habits (System)
Fascia yang kaku atau pelvis miring bisa ganggu aliran darah dan hormon.
Maka QULBI menyarankan 3 langkah FASCIA Hack:
1. Balancing: puntir balik panggul & tulang belakang.
2. Touching: rilis fascia (MFR, cupping, akupresur).
3. Moving: slow squat, fascia stretch, breathing integratif.
Coimbra menyalakan saklar, FASCIA Hack meluruskan kabelnya.
—
5. Output Habits (Stabilisasi Homeostasis)
- Fasting: jaga sensitivitas hormon.
- Sleeping: perbaiki ritme sirkadian & PTH.
- Cupping: bantu pembuangan kalsium & racun.
Cahaya (vitamin D) akan menjadi berkah kalau tubuh punya jalur pembuangan yang baik.
—
️ 6. Biochemicals ala QULBI Method: Lebih Luas dari Sekadar Vitamin D
Di QULBI Method, Biochemicals bukan cuma soal dosis tinggi vitamin D.
Konsepnya jauh lebih luas: semua yang memengaruhi keseimbangan biokimia tubuh — mulai dari nutrisi, hormon, enzim, sampai energi selular.
Cakupannya meliputi:
- Micronutrients & cofactors seperti magnesium, zinc, selenium, vitamin B complex.
- Phytonutrients & herbal yang memperbaiki metabolisme dan menurunkan inflamasi.
- Gut biochemistry melalui probiotik, prebiotik, dan pola makan alami.
- Metabolic reset lewat puasa (fasting), tidur optimal, dan hidrasi.
- Suplementasi fungsional seperti D3, K2, omega-3, atau adaptogen — disesuaikan hasil asesmen tiap individu.
Jadi, kalau Coimbra itu “satu lagu solo yang indah”, maka Biochemicals versi QULBI adalah orkestra lengkap yang menyatukan nada-nada nutrisi, hormon, dan metabolisme jadi harmoni penyembuhan.
—
7. Jembatan Spiritual: Cahaya dari Dalam
Dalam Coimbra Protocol, cahaya datang dari matahari.
Dalam QULBI Method, cahaya datang dari Allah Ta’ala.
Keduanya bertemu dalam qalbu yang tenang.
Ketika seseorang berjemur ikhtiar sehat sambil meniatkan ibadah, minum suplemen D3 dengan niat syukur, dan bergerak seimbang —
Tubuhnya tak hanya sehat, tapi juga tersambung.
Inilah yang kami sebut:
Divine Healing — kesembuhan yang lahir dari keteraturan sunnatullah.
—
Kesimpulan
Coimbra Protocol ; Terapi Vitamin D3 Dosis Tinggi dan QULBI Method bukan dua aliran, tapi dua bahasa dari satu sistem:
biochemicals yang menyalakan,
biomechanics yang menyeimbangkan.
Coimbra Protocol menunjukkan bahwa tubuh manusia punya mekanisme pemulihan yang luar biasa bila diberi bahan bakar yang tepat.
Sementara QULBI Method mengingatkan bahwa tanpa struktur yang seimbang dan kebiasaan yang benar, bahan bakar itu tak akan digunakan dengan sempurna.
Bila dijalankan bersamaan, tubuh bukan hanya sembuh dari nyeri atau autoimun,
tapi naik kelas menjadi tubuh yang sadar, ringan, dan berpijar dari dalam.
Cahaya matahari mungkin mengaktifkan vitamin D3,
tapi hanya cahaya hati yang mengaktifkan kesembuhan sejati.
—
Referensi :
- Coimbra, C. G., & Meireles, M. S. (2019). Vitamin D resistance as a possible cause of autoimmune diseases: A hypothesis confirmed by therapeutic response. Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology.
- Mahtani, R. (2023). The Immunity Fix: Functional Medicine View on Vitamin D and Autoimmune Recovery.
- Henriques, T. (2021). How Not to Die with True High-Dose Vitamin D Therapy: Coimbra’s Protocol and the Secrets of Safe High-Dose Vitamin D3 and Vitamin K2 Supplementation.
- Holick, M. F. (2017). Vitamin D: Evolutionary, Physiological and Health Perspectives.
- Oschman, J. L. (2012). Energy Medicine: The Scientific Basis. (tentang efek piezoelectric fascia & gerakan tubuh terhadap bioelektrik sel).
- Endy Syaifullah (2025). Sinergi Coimbra Protocol dan QULBI Method: Integrasi Biochemistry dan Biomechanics dalam QULBI Habits. Griya Sehat QULBI www.qulbi.com — QULBI Method: Root-Cause Healing for Structural Imbalances.
