You are currently viewing Polypharmacy & Lingkaran Setan Obat: Saat Kepercayaan Menjadi Jerat

Polypharmacy & Lingkaran Setan Obat: Saat Kepercayaan Menjadi Jerat

0Shares

Solusi Sehat Tanpa Obat – Bayangkan seseorang datang ke dokter hanya karena sedikit nyeri atau kadar gula naik. Dikasih satu obat.
Beberapa bulan kemudian muncul efek samping — tambah obat lain.
Lalu muncul lagi gejala baru — tambah lagi.
Sampai akhirnya setiap pagi meja makan penuh blister.
Kedengarannya familiar? Inilah dunia yang diceritakan Ruth Germain dalam bukunya “Polypharmacy: A Journey to Hell and Back.”

Ketika Rasa Percaya Justru Jadi Bumerang

Ruth membuka matanya lewat pengalaman pribadi. Ia bukan tenaga medis, melainkan seorang desainer yang mendadak berubah jadi pasien kronis. Setelah mengalami operasi besar dan diberi banyak obat, tubuhnya justru makin lemah.
Ia menulis, “There is a conflict between the high level of trust that patients place in their doctors and the negative consequences of polypharmacy.”

Kalimat ini dalam banget.
Ia menggambarkan realitas pahit bahwa banyak pasien terlalu percaya tanpa benar-benar paham apa yang diminum. Padahal, setiap pil punya konsekuensi. Kombinasinya bisa menimbulkan efek domino berbahaya — drug interaction, gangguan organ, bahkan diagnosa baru yang sebenarnya hanyalah efek samping.

The Prescribing Cascade: Lingkaran Setan Obat

Istilah yang Ruth pakai ini sama dengan yang kita sering lihat di lapangan, termasuk di kasus “Lingkaran Setan Obat Diabetes” di Blog qulbi.com berikut: https://qulbi.com/terjebak-dalam-lingkaran-setan-obat-diabetes-mau-sampai-kapan-ini-cara-kabur-dengan-qulbi-method/

Di sana dikisahkan seseorang yang awalnya cuma minum obat diabetes, tapi akhirnya minum 19 jenis obat setiap hari — dari kolesterol, tekanan darah, sampai ginjal.
Semua berawal dari efek samping yang ditangani dengan obat baru.
Hasilnya? Tubuh makin lelah, metabolisme makin rusak, dan pikiran makin pasrah.

Baca Juga :  Fascia, Struktur Tubuh, dan Penyakit Jantung: Menelusuri Akar yang Terlupakan

Itulah yang Ruth sebut “a vicious cycle called the prescribing cascade” — lingkaran jahat resep yang menelan kesadaran pasien sedikit demi sedikit.

Pandangan Functional Medicine: Akar Masalahnya Ada di Sistem

Kalau dilihat dari kacamata Functional Medicine (FM), polypharmacy bukan sekadar “terlalu banyak obat”, tapi tanda sistem tubuh sudah kehilangan keseimbangan.
FM selalu bertanya:

“Kenapa tubuh butuh obat sebanyak ini untuk tetap hidup?”

Masalahnya bukan pada obat, tapi pada cara berpikir: sistem medis konvensional cenderung symptom-based, sedangkan FM dan QULBI Method berfokus pada root-cause healing — mencari akar gangguan dalam metabolisme, nutrisi, stres, postur, hingga fascia.

Obat hanya memadamkan api, tapi tidak mematikan sumber apinya.

QULBI Method: Jalan Keluar dari Neraka Obat

Kasus di artikel QULBI memperlihatkan bahwa jalan keluar bukan berhenti obat sembarangan, tapi membangun ulang sistem tubuh lewat tiga tahap khas QULBI Method:

  1. QULBI Check-Up
    Menemukan akar gangguan — dari sistem saraf, postur, hormon, pencernaan, hingga emosi.
    Ini pondasi sebelum menentukan langkah terapi.
  2. FASCIA Hack (Balancing–Touching–Moving)
    Menata ulang struktur tubuh agar aliran energi, darah, dan hormon kembali lancar.
    Kalau tubuh ibarat rumah, FASCIA Hack itu tukang pembersih saluran airnya. Setelah aliran normal, fungsi organ pun membaik tanpa perlu tumpukan obat.
  3. QULBI Habits
    Di sinilah Functional Medicine dan spiritual medicine berpadu.
    Dengan mengubah pola makan (Eating), pola pikir (Thinking), koneksi hati (Connecting), dan kebiasaan tubuh (Moving, Fasting, Sleeping, Cupping), tubuh diberi kesempatan untuk menyembuhkan diri.

Seperti pesan Ruth di akhir bukunya: “Patients need to understand enough to protect themselves.”
QULBI menambahkan:

“Pasien perlu paham, percaya, dan bertauhid — bahwa kesembuhan datang dari Allah Ta’ala, bukan dari pil yang tak pernah berhenti.”

Baca Juga :  Conventional or Functional Medicine: Saat Nyeri, Kapan Harus Memilih yang Tepat?

Pelajaran yang Bisa Kita Ambil

  • Obat bisa menyelamatkan hidup, tapi juga bisa mengikat dalam jerat ketergantungan.
  • Kepercayaan tanpa pemahaman bukan iman, tapi ketidaksadaran medis.
  • Tubuh tidak diciptakan untuk hidup dari obat ke obat, tapi untuk pulih dari dalam — biidznillah.

✨ Penutup

Buku Ruth Germain adalah alarm bagi dunia modern:
Polypharmacy bukan bukti kemajuan medis, tapi tanda kita lupa memanusiakan pasien.

QULBI Method hadir sebagai cara kabur yang rasional dan spiritual — menuntun pasien keluar dari neraka obat menuju keseimbangan sejati. Yuk temukan Solusi Sehat Tanpa Obat
Karena pada akhirnya, kesembuhan sejati bukan datang dari resep, tapi dari sistem tubuh yang kembali seimbang dan hati yang kembali terhubung dengan Sang Penyembuh.

Referensi :

  • Germain, Ruth C. Polypharmacy: A Journey to Hell and Back. Amazon listing.
  • Artikel “Terjebak dalam Lingkaran Setan Obat Diabetes” — Blog QULBI di www.qulbi.com
  • Konten diskusi di FIIM Group oleh Dr Widya Murni, MARS
  • Syaifullah, E. (2025). QULBI Method: Solusi Nyeri Holistik. Griya Sehat QULBI. www.qulbi.com
0Shares

Griya Sehat QULBI

Spesialis Terapi Nyeri Bekasi

Tinggalkan Balasan