Pernah merasa lutut bagian depan ngilu saat naik-turun tangga, jongkok, atau setelah duduk lama? Bisa jadi itu adalah tanda dari Patellofemoral Pain Syndrome (PFPS), salah satu jenis nyeri lutut paling umum, terutama pada remaja aktif, atlet, atau bahkan ibu rumah tangga yang sering naik-turun tangga. Tapi, tahukah kamu bahwa nyeri ini bukan sekadar masalah “otot lemah dan otot kaku” seperti yang biasa diajarkan di buku-buku lama?
Mari kita kupas tuntas dari dua sudut pandang: Old Biomechanics dan New Biomechanics.
—
Versi Lama: PFPS = Q Angle + Otot Lemah vs Kaku
Pendekatan lama (Old Biomechanics), seperti yang umum dipakai dalam dunia fisioterapi konvensional, menjelaskan PFPS sebagai akibat dari:
1. Q Angle yang besar (lebih dari 15-17°)
- Biasanya terjadi pada kaki dengan bentuk Genu Valgum (kaki X).
- Semakin besar Q Angle, semakin miring tarikan otot quadriceps ke patella, membuat patella melenceng dari jalur alaminya.
2. Ketidakseimbangan otot
- Quadriceps terlalu dominan (terutama rectus femoris dan vastus lateralis)
- Gluteus medius dan maximus lemah
- Hamstring kaku
Solusi yang umum? Latihan penguatan glute, stretching otot paha depan, dan taping patella agar kembali ke tempatnya. Secara logika, masuk akal. Tapi masalahnya, banyak pasien yang sudah melakukan semua itu tetap mengalami kekambuhan.
Kenapa? Karena ada satu “jaringan diam-diam” yang sering diabaikan: fascia.
—
Versi Baru: PFPS = Structural Imbalance + Fascia Adhesion
New Biomechanics mengajak kita melihat tubuh bukan sebagai kumpulan otot yang kerja sendiri-sendiri, tapi sebagai satu sistem terintegrasi yang dihubungkan oleh jaringan fascia. Di sinilah pendekatan seperti QULBI Method dan FASCIA Hack memainkan perannya.
Apa itu Fascia Adhesion?
Fasia adalah jaringan ikat yang membungkus otot, tulang, dan organ. Ketika tubuh mengalami kompensasi postur (misalnya panggul miring, kaki dominan, atau trauma lama), fascia bisa membentuk adhesi atau “lengket”. Ini seperti plastik wrap yang kusut dan saling menempel, membatasi gerakan otot dan menarik struktur lain secara tidak langsung.
Pada kasus PFPS, adhesi fascia bisa terjadi di:
- Lateral thigh (IT Band)
- Hip flexor
- Gluteus
- Tibialis anterior/posterior
- Bahkan di area panggul atau perut bawah
Contoh Nyata:
Seorang pasien wanita, usia 28 tahun, datang dengan keluhan nyeri lutut kanan bagian depan. Secara kasat mata, Q Angle-nya masih dalam batas normal. Ia sudah menjalani fisioterapi 8 kali di tempat lain: penguatan glute, stretching, ultrasound, bahkan dry needling. Nyeri tetap datang kalau naik tangga.
Setelah dilakukan QULBI Check-Up, ditemukan:
- Pinggul kanan dalam posisi right pelvic rotation (RPR)
- Ilium kanan outflare
- Adhesi fascia di sepanjang lateral thigh hingga perut kanan bawah
Setelah dilakukan terapi FASCIA Hack:
- Balancing: koreksi struktur panggul dan lower limb dengan Terapi Puntir Balik/PAZ
- Touching: penguraian fascia yang lengket pakai teknik manual dan akupresur
- Moving: aktivasi gerak integratif yang tidak melanggar koreksi struktural
Hasilnya? Alhamdulillah dalam 2 sesi, pasien bisa naik tangga tanpa nyeri. Bukan karena ototnya tambah kuat dalam semalam, tapi karena jalur geraknya kembali “bebas dari belenggu”.
—
Kesimpulan: Lutut Ngilu = Sinyal dari Masalah di Atasnya
PFPS bukan sekadar “otot lemah atau ketarik”. Ini adalah sinyal dari tubuh bahwa ada ketidakseimbangan struktural dan fascia yang berkomunikasi lewat nyeri.
Dengan pendekatan New Biomechanics ala QULBI Method, PFPS bisa ditangani dari akarnya:
- Evaluasi menyeluruh struktur (bukan hanya lutut)
- Urai fascia sebagai penghubung sistem tubuh
- Latih ulang gerakan agar harmonis dengan struktur yang sudah dibetulkan
Karena kadang, solusi nyeri bukan di tempat yang sakit. Tapi di tempat yang menariknya diam-diam.
FASCIA Hack bukan sekadar teknik, tapi cara berpikir baru tentang nyeri.
Referensi:
- Wilke J, Krause F, Vogt L, Banzer W. (2016). What is evidence-based about myofascial chains: A systematic review. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 97(3), 454–461.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2015.07.023 - Schleip R, Jäger H, Klingler W. (2012). What is ‘fascia’? A review of different nomenclatures. Journal of Bodywork and Movement Therapies, 16(4), 496–502. https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2012.08.001
- Oschman JL. (2000). Energy Medicine: The Scientific Basis. Churchill Livingstone.(Buku ini menjelaskan bagaimana fascia menyimpan memori biomekanik dan energi, serta efek piezoelektrik saat diberikan tekanan)
- Myers, T. (2020). Anatomy Trains: Myofascial Meridians for Manual and Movement Therapists (4th ed.). Elsevier.(Sumber penting untuk memahami hubungan antar jaringan fascia dan pola gerak tubuh secara global.)
- Johns Hopkins Medicine. Muscle Pain: It May Actually Be Your Fascia. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/muscle-pain-it-may-actually-be-your-fascia
- Hodges PW & Tucker K. (2011). Moving differently in pain: A new theory to explain the adaptation to pain. Pain, 152(3), S90–S98. (Menjelaskan bagaimana nyeri mengubah pola gerak, yang berdampak pada struktur tubuh.)
- Syaifullah, E. (2025). QULBI Method: FASCIA Hack sebagai Solusi Nyeri Holistik. Griya Sehat QULBI.
www.qulbi.com