You are currently viewing FASCIA Hack It’s New Biomechanics: Solusi Biotensegrity untuk Mengatasi Nyeri dan Imbalances Struktural

FASCIA Hack It’s New Biomechanics: Solusi Biotensegrity untuk Mengatasi Nyeri dan Imbalances Struktural

0Shares

Pernah mikir nggak, kenapa tubuh kita bisa kuat tapi tetap lentur? Bisa menopang beban berat tapi juga bisa melompat, membungkuk, bahkan nyender santai? Jawabannya ternyata bukan cuma di tulang dan otot… tapi di sebuah konsep keren bernama Biotensegrity.

Apa Itu Biotensegrity?

Konsep Biotensegrity pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 oleh Dr. Stephen M. Levin, seorang ahli bedah ortopedi. Levin mengadaptasi konsep Tensegrity (Buckminster Fuller & Kenneth Snelson) untuk memahami bagaimana tubuh manusia mempertahankan keseimbangan biomekaniknya.

Bayangin tenda dome—tanpa pilar keras, tapi tetap berdiri kokoh. Rahasianya? Di tali-tali yang saling tarik menarik dengan seimbang.
Nah, tubuh manusia juga kayak gitu. Kita bukan bangunan yang ditumpuk dari atas ke bawah, tapi sistem hidup yang ditopang oleh jaringan tarik menarik antar struktur. Dan jaringan yang jadi “tali-tali” itu adalah… fascia.

Biotensegrity = Biological Tensional Integrity
Gabungan antara tension (tarikan) dan integrity (keseimbangan bentuk) dalam struktur biologis. Jadi bukan cuma istilah keren—ini benar-benar prinsip kerja tubuh manusia!

Dalam konsep Biotensegrity, tubuh manusia tidak bekerja dengan prinsip Biomekanik Konvensional (seperti tuas dan engsel), melainkan sebagai struktur tensegral yang dinamis.

✔️ Tulang berperan sebagai elemen tekan (compression).
✔️ Fascia berperan sebagai elemen tarik (tension).
✔️ Ketegangan yang merata dalam jaringan fascia itulah yang disebut Biotensegrity yang menjaga stabilitas tanpa memerlukan sendi atau tulang sebagai “penopang utama”, tidak seperti tumpukan batu bata dan semen sebagai penopang dalam struktur bangunan.

Dengan pendekatan ini, Levin membantu kita memahami bahwa tubuh kita bekerja lebih seperti sistem jaring yang saling terhubung, di mana setiap bagian memengaruhi bagian lain melalui keseimbangan antara tegangan dan tekanan. Ini mengubah cara kita melihat tubuh, terutama dalam kaitannya dengan gerakan, postur, dan kesehatan jaringan seperti fascia.

Biotensegrity = New Biomechanics

Selama ini banyak orang masih mengandalkan biomekanika konvensional (Old Biomechanics)—yang melihat tubuh seperti mesin, dihitung gaya dan tuas, ditarik dan ditekan.

Tapi tubuh manusia itu bukan mesin. Ia adalah sistem hidup yang adaptif dan dinamis. Maka lahirlah paradigma baru yang jauh lebih akurat dan menyeluruh: Biotensegrity.

Baca Juga :  PCOS dan Pelvic Imbalance: Mengurai Hubungan Antara Struktur dan Fungsi

Inilah yang disebut oleh banyak ahli sebagai New Biomechanics.
Bukan sekadar menggeser tulang atau meregangkan otot, tapi memahami keseimbangan tensional dari seluruh tubuh, terutama fascianya.

Kenapa Ini Penting Buat Kakak yang Sering Nyeri atau Ngerasa “Nggak Simetris”?

Karena kalau satu bagian fascia ketarik, bisa bikin efek domino ke bagian tubuh lain. Misal: ketegangan di betis bisa narik ke paha belakang, terus ke punggung, terus ke leher.
Makanya banyak orang pijat leher tapi tetap pegal—karena sumber masalahnya jauh di bawah!

Tanpa pahami konsep ini, kita cuma mengobati gejala, bukan akar masalah.

Perbedaan Biotensegrity (New Biomechanics) dengan Biomekanika Konvensional (Old Biomechanics)

Kalau kita bicara soal perbedaan, berikut ini adalah beberapa poin yang membuat Biotensegrity (New Biomechanics) jauh lebih relevan & aplikatif daripada Biomekanika Konvensional (Old Biomechanics) :

Pandangan terhadap tubuh:
Biomekanika konvensional melihat tubuh manusia sebagai mesin. Tubuh dianggap sekadar rangkaian tulang, otot, dan sendi yang berfungsi seperti tuas, engsel, dan sistem mekanis lainnya. Sedangkan Biotensegrity melihat tubuh sebagai jaringan hidup yang saling tarik-menarik secara dinamis. Semua jaringan, terutama fascia, berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah sistem yang tidak terpisahkan.

Struktur utama yang dianalisis:
Dalam biomekanika konvensional, perhatian utama diberikan pada struktur keras seperti tulang dan sendi, serta otot yang bertanggung jawab untuk pergerakan. Namun, dalam New Biomechanics yang berbasis pada Biotensegrity, fokusnya lebih kepada fascia—jaringan ikat yang menghubungkan seluruh tubuh dan memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan tensional di seluruh tubuh.

Penyebab nyeri:
Dalam pendekatan biomekanika konvensional, nyeri biasanya dihubungkan dengan disfungsi mekanis pada sendi atau otot tertentu. Misalnya, nyeri punggung sering dianggap akibat masalah pada tulang belakang atau otot punggung. Namun, dalam Biotensegrity, nyeri sering kali disebabkan oleh ketidakseimbangan tensional dalam fascia, yang bisa mengarah pada rasa sakit yang menyebar ke area tubuh lainnya. Ketika fascia tidak seimbang, bisa menyebabkan pola ketegangan yang mempengaruhi seluruh sistem tubuh.

Baca Juga :  Rahasia Fascia & Grounding: Mengapa Tubuhmu Butuh Koneksi dengan Energi Bumi? Bebas Nyeri Salah Satunya!

Cara mengatasi nyeri:
Biomekanika konvensional cenderung lebih fokus pada terapi lokal, seperti manipulasi sendi atau latihan otot untuk memperbaiki gerakan atau postur. Sebaliknya, New Biomechanics yang berbasis Biotensegrity melihat tubuh secara keseluruhan. Terapi berfokus pada mengembalikan keseimbangan tensional seluruh tubuh, bukan hanya menangani gejala lokal.

Respon tubuh:
Dalam biomekanika konvensional, tubuh sering dianggap pasif, di mana kekuatan luar berperan besar dalam mempengaruhi tubuh. Sementara itu, Biotensegrity melihat tubuh sebagai sistem yang aktif dan adaptif. Setiap bagian tubuh merespons tensi dan gaya yang diterima, dan setiap perubahan di satu bagian bisa memengaruhi keseimbangan tubuh secara keseluruhan.

Akurasi terhadap realitas tubuh hidup:
Biomekanika konvensional memiliki keterbatasan karena kurang memperhatikan interaksi kompleks antara jaringan lunak, khususnya fascia. Sementara itu, Biotensegrity lebih akurat karena memperhitungkan tubuh sebagai sistem yang dinamis, bukan sekadar struktur mekanis yang statis.

Terus Apa Solusinya?

Nah, dari sinilah lahir metode seperti FASCIA Hack, yang sepenuhnya dibangun di atas prinsip Biotensegrity alias New Biomechanics:

  • Balancing: koreksi struktur bukan dari tulang, tapi dari tensi fascia.
  • Touching: sentuhan terapeutik buat melepas fascia yang “macet”.
  • Moving: gerakan integrasi yang menyelaraskan jaringan tensional tanpa merusak pola seimbang.

FASCIA Hack bukan sekadar terapi fisik, tapi sistem penyembuhan struktural modern berbasis ilmu tensional tubuh yang hidup.

Kesimpulannya?

Kalau kakak masih pakai pendekatan biomekanika lama, kakak sedang mengerjakan tubuh seperti mesin. Tapi tubuh kakak bukan mesin—ia lebih mirip jaring hidup yang penuh keseimbangan tarik-menarik.

Biotensegrity adalah New Biomechanics.
Dan FASCIA Hack adalah cara terbaik buat menerapkannya.

Referensi :

  • Levin, S. M. (1981–2020). Biotensegrity: The Architecture of Life.
  • Thomas Myers. (2001). Anatomy Trains. Elsevier.
  • Schleip, R., et al. (2013). Fascia: The Tensional Network of the Human Body. Elsevier.
  • Neumann, D. A. (2016). Kinesiology of the Musculoskeletal System. Elsevier. (Untuk pemahaman biomekanika konvensional)
  • Syaifullah, E. QULBI Method: Solusi Nyeri Holistik 2025, Website Griya Sehat QULBI – www.qulbi.com
0Shares

Griya Sehat QULBI

Spesialis Terapi Nyeri Bekasi

Tinggalkan Balasan