You are currently viewing Roda, Tensegrity, dan Revolusi Terapi: Saatnya Berpindah dari Tuas ke Tarikan dengan FASCIA Hack

Roda, Tensegrity, dan Revolusi Terapi: Saatnya Berpindah dari Tuas ke Tarikan dengan FASCIA Hack

0Shares

Bayangin kamu lagi duduk di ruang praktik, memegang model anatomi manusia. Di pikiranmu, mungkin kamu masih melihat tubuh sebagai sistem tuas: tulang sebagai tuas, sendi sebagai poros, otot sebagai gaya. Ini yang disebut Lever System.
Tapi tunggu dulu… Apa benar tubuh bekerja seperti itu?

Yuk kita bedah pelan-pelan lewat gambar presentasi webinar Dr. Stephen Levin di atas:

Tiga Struktur: Lever, Bio System, dan Tensegrity

Di gambar tersebut ada tiga kolom yang menggambarkan cara kita memahami tubuh:

1. Lever System (Sistem Tuas)

  • Mirip mesin.
  • Linear, lokal, tidak terhubung satu sama lain.
  • Pergerakan satu bagian tidak langsung memengaruhi bagian lain.
  • Bergantung pada arah tertentu (unidirectional).
  • Kaku (rigid), boros energi, dan butuh kontrol eksternal (open chain).

Sistem ini cocok buat robot industri. Tapi tubuh manusia? Jauh lebih kompleks dan hidup.

2. Bio System (Sistem Biologis)

  • Bersifat dinamis dan non-linear.
  • Terhubung secara global dan kontinu.
  • Fleksibel, hemat energi, bisa bergerak dari berbagai arah (omnidirectional).
  • Tidak bergantung pada satu titik kontrol.

Lebih realistis menggambarkan tubuh manusia… tapi masih belum menggambarkan bagaimana struktur fisiknya terjaga secara mekanis.

3. Tensegrity System

  • Kombinasi harmonis antara tarikan (tension) dan tekanan (compression).
  • Jaringan lunak (fascia) bertugas menarik (tension).
  • Tulang bertugas menahan tekanan (kompresi).
  • Struktur tubuh saling tarik-menarik menciptakan keseimbangan global.
  • Fleksibel, responsif, dan stabil ke segala arah — tanpa harus kaku!

Nah, inilah cara kerja tubuh manusia yang sesungguhnya. Bukan tuas, tapi struktur tarik-tekan yang saling menyeimbangkan. Dan yang menarik, sistem ini sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu… dalam penemuan roda berjari-jari!

‍♂️ Roda Berjari-Jari: Nenek Moyang Tensegrity

Bayangkan roda sepeda:

  • Di tengah ada hub (poros), di luar ada rim (ban), dan di antaranya ada spokes (jari-jari).
  • Jari-jari ini bukan menyangga lewat tekanan, tapi lewat tarikan dari berbagai arah.
  • Rim melayang stabil di tengah ketegangan itu.

Tanpa sadar, roda ini sudah menerapkan prinsip tension + integrity = tensegrity.

Baca Juga :  Hernia: Saat Fascia Terlalu Lemah & Bolong, Organ pun “Nyontek Keluar”

Meski waktu itu belum ada istilah “tensegrity”, prinsip ini sudah digunakan ribuan tahun lalu untuk menciptakan struktur ringan tapi kokoh.

Biotensegrity: Konsep Revolusioner dari Dr. Stephen Levin

Konsep Biotensegrity di awali dari:

  • 1948 – Buckminster Fuller, arsitek futuristik, menciptakan istilah “Tensegrity” dari “Tensional Integrity”.
  • 1959 – Kenneth Snelson, seniman patung, membuat struktur patung pertama yang “melayang” dengan prinsip tarik-tekan.
  • 1970 – Konsep Biotensegrity pertama kali dikembangkan oleh Dr. Stephen Levin, saat beliau sebagai dokter ortopedi melihat banyak kejanggalan biomekanik saat menjelaskan tubuh dengan sistem tuas.
  • 2002 –Namun istilah dan penjelasan ilmiah Biotensegrity baru benar-benar dikukuhkan dalam publikasi resmi, melalui artikel berjudul:

“The Tensegrity-Truss as a Model for Spine Mechanics: Biotensegrity”
oleh Stephen M. Levin, dipublikasikan di Journal of Mechanics in Medicine and Biology.

Sejak itu, konsep ini membuka mata dunia terapi manual, rehabilitasi, hingga arsitektur tubuh manusia.

Masih Terjebak di Sistem Tuas?

Banyak terapis — dan bahkan kliien — masih berpikir seperti ini:

“Otot ini narik ke sini, jadi harus dilawan dengan stretching ke sana.”

“Sendi ini miring, jadi harus dikembalikan pakai tekanan dari luar.”

Padahal tubuh kita bukan tuas!
Satu perubahan kecil di kaki bisa beresonansi sampai ke rahang, karena tubuh adalah satu kesatuan struktur saling tarik dan saling sesuaikan.

Maka, pendekatan terapinya pun harus ikut berevolusi.

FASCIA Hack: Aplikasi Nyata Tensegrity dalam Terapi

Di sinilah hadir metode FASCIA Hack dari Griya Sehat QULBI — terapi berbasis tensegrity yang menyentuh struktur tubuh secara halus tapi strategis.

FASCIA Hack = Balancing + Touching + Moving

1. Balancing – Mengembalikan keseimbangan tubuh dengan teknik puntir balik/Terapi PAZ

2. Touching – Menyentuh dan menguraikan adhesi fascia dengan cara yang lembut tapi tepat seperti Pijat MFR, akupresur, dry needling, dan lainnya

3. Moving – Menggerakkan tubuh tanpa melanggar pola tarik alami tubuh.

 

Ini bukan sekadar teknik, tapi cara berpikir baru tentang tubuh:

Tubuh tidak perlu dikendalikan, tapi diajak kembali ke keseimbangannya sendiri.

Terapi tidak perlu keras, yang penting tepat arah dan sesuai prinsip tarik-menarik alami.

Baca Juga :  Menunda Tua Untuk Ibadah: Kenali 7 Tanda Penuaan yang Bisa Dilawan dengan Gerak Tepat di FASCIA Hack

Penutup: Revolusi Diam-Diam

Dulu, penemuan roda mengubah dunia.

Hari ini, pemahaman tentang tensegrity bisa mengubah cara kita menyembuhkan.

FASCIA Hack adalah jembatan dari paradigma lama ke dunia baru terapi —
dari tuas ke tensegrity, dari kontrol ke harmoni.

Jadi… masih mau mikir tubuh itu mesin?

Atau sudah siap menyelami tubuh sebagai makhluk cerdas, saling tarik, saling jaga, dan saling seimbang?

Referensi :

  • Levin, S. M. (2002). The tensegrity-truss as a model for spine mechanics: Biotensegrity. Journal of Mechanics in Medicine and Biology, 2(3–4), 375–388.
    https://doi.org/10.1142/S0219519402000477
  • Fuller, R. B. (1961). Tensegrity. Portfolio and Art News Annual, 4, 112–127. (Istilah “Tensegrity” pertama kali diperkenalkan oleh Fuller sebagai “Tensional Integrity”)
  • Snelson, K. (1959). Continuous Tension, Discontinuous Compression Structures. https://kennethsnelson.net (Karya seni pertama yang menerapkan prinsip tensegrity secara visual dan struktural)
  • Scarr, G. (2014). Biotensegrity: The Structural Basis of Life. Handspring Publishing. (Buku penting yang menjelaskan tensegrity dalam konteks anatomi dan terapi tubuh manusia)
  • Oschman, J. L. (2000). Energy Medicine: The Scientific Basis. Churchill Livingstone. (Menjelaskan konsep fascia, piezoelectricity, dan pentingnya gerakan bagi kesehatan seluler)
  • Endy Syaifullah (2025). FASCIA Hack: Integrasi Balancing, Touching, dan Moving dalam Terapi Fascia Berbasis Tensegrity. (Pengembangan terapi FASCIA Hack di Griya Sehat QULBI, Bekasi – www.qulbi.com)
  • Ingber, D. E. (2003). Tensegrity I. Cell structure and hierarchical systems biology. Journal of Cell Science, 116(7), 1157–1173. https://doi.org/10.1242/jcs.00359 (Menjelaskan tensegrity dalam skala sel dan struktur biologis manusia secara menyeluruh)
  • Full, R. J., & Koditschek, D. E. (1999). Templates and anchors: Neuromechanical hypotheses of legged locomotion on land. Journal of Experimental Biology, 202(23), 3325–3332.
  • Turvey, M. T., & Fonseca, S. T. (2014). The medium of haptic perception: A tensegrity hypothesis. Journal of Motor Behavior, 46(3), 143–187.
  • Webinar Dr Stepehen Levin: https://youtu.be/GNhwiMEexp0?si=5pZCjOvyrlRdaEFS
0Shares

Griya Sehat QULBI

Spesialis Terapi Nyeri Bekasi

Tinggalkan Balasan