You are currently viewing Saat LDL yang Katanya Kolesterol Jahat Disalahkan, Padahal Masalah Jantung Ada di Fascia dan Metabolisme — Sudahkah Tubuhmu Seimbang?

Saat LDL yang Katanya Kolesterol Jahat Disalahkan, Padahal Masalah Jantung Ada di Fascia dan Metabolisme — Sudahkah Tubuhmu Seimbang?

0Shares

Penyebab Penyakit Jantung – Selama ini, banyak orang percaya bahwa LDL adalah musuh utama jantung. Begitu hasil lab menunjukkan angka LDL naik sedikit saja, langsung panik. Dokter buru-buru kasih obat penurun kolesterol, padahal belum tentu itu akar masalahnya.
Tapi… benarkah LDL selalu jahat? Atau jangan-jangan, kita salah memahami perannya selama ini?

LDL: Si “Tukang Antar Lemak” yang Sering Difitnah

LDL itu singkatan dari Low Density Lipoprotein, yaitu molekul pembawa lemak yang bertugas mengantar kolesterol dari hati ke seluruh sel tubuh. Bayangkan dia seperti kurir logistik tubuh — nganter bahan penting buat membangun hormon, dinding sel, dan bahkan vitamin D.
Tanpa LDL, tubuh justru nggak bisa berfungsi normal.

Masalahnya muncul bukan karena LDL-nya banyak, tapi karena lemak yang dibawanya teroksidasi akibat gaya hidup yang bikin metabolisme rusak — seperti stres kronis, kurang gerak, tidur buruk, dan konsumsi gula berlebih. Saat oksidasi terjadi, LDL berubah jadi “berkarat” dan memicu peradangan di dinding pembuluh darah.
Nah, di sinilah penyakit jantung bermula: bukan dari kolesterol tinggi, tapi dari peradangan dan ketidakseimbangan metabolisme.

LDL Tinggi Belum Tentu Berbahaya

Banyak penelitian terbaru justru menunjukkan hal menarik:
orang dengan LDL agak tinggi tapi punya rasio Trig/HDL bagus, insulin rendah, dan inflamasi minim, malah memiliki risiko jantung lebih kecil.
Sebaliknya, orang dengan LDL normal tapi punya resistensi insulin dan hs-CRP tinggi bisa mengalami serangan jantung lebih dulu.

Sayangnya, paradigma lama masih berfokus menurunkan angka LDL semata, tanpa menyentuh akar masalah sebenarnya — yaitu metabolisme rusak, peradangan kronik, dan gaya hidup pasif.

Tiga Mitos Tentang LDL yang Perlu Diluruskan

1. “LDL tinggi pasti bikin serangan jantung.”
❌ Salah. LDL hanya berbahaya jika teroksidasi akibat inflamasi dan resistensi insulin.

2. “Semakin rendah LDL, semakin baik.”
❌ Salah. LDL terlalu rendah bisa mengganggu produksi hormon, kesuburan, dan bahkan kesehatan mental.

3. “Obat statin satu-satunya solusi.”
❌ Salah. Statin memang menurunkan angka LDL di lab, tapi tidak memperbaiki inflamasi, stres oksidatif, atau pola makan buruk.

Arah Baru: Ukur yang Benar, Perbaiki yang Akar

Kalau benar-benar mau menurunkan risiko penyakit jantung, jangan cuma fokus ke LDL.
Lihatlah indikator metabolik dan inflamasi berikut ini — karena justru di sinilah akar keseimbangan tubuh:

1. Rasio Trig/HDL (Trigliserida : HDL)

➡️ Menunjukkan keseimbangan lemak dalam darah.
Rasio tinggi = tanda resistensi insulin.

  • 1:1 = optimum
  • 2:1 = risiko rendah
  • 3:1 = risiko sedang
  • 4:1 ke atas = risiko tinggi

Studi menunjukkan rasio TG/HDL adalah prediktor kuat risiko kardiovaskular, lebih akurat daripada LDL.
(PMCID: PMC10001260)

2. hs-CRP (High Sensitivity C-Reactive Protein)

➡️ Penanda inflamasi tubuh.
Kalau tinggi, artinya “api kecil” sedang menyala di pembuluh darah.

  • <1 mg/L = risiko rendah
  • 1–3 mg/L = risiko sedang
  • 3 mg/L = risiko tinggi

Penelitian menunjukkan hs-CRP tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko CVD dan kematian.
(PubMed: 36362325)

3. HOMA-IR (Indeks Resistensi Insulin) & Insulin Puasa

➡️ Mengukur seberapa baik tubuh merespons insulin.
Kalau nilai HOMA-IR tinggi, berarti tubuh mulai “tuli” terhadap sinyal insulin.
Inilah akar dari obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Baca Juga :  13 Kebiasaan Baik & Buruk untuk Penderita CKD: Panduan Praktis ala QULBI Habits

Resistensi insulin mempercepat aterosklerosis dan disfungsi pembuluh darah.
(Endocrine Reviews, 24(3):278)

4. GGT (Gamma-Glutamyl Transferase)

➡️ Enzim hati yang menunjukkan stres oksidatif.
Kalau GGT tinggi, itu tanda tubuh penuh toksin dan peradangan.
Bahkan peningkatan kecil GGT berkorelasi dengan risiko jantung dan sindrom metabolik.

5. Homocysteine

➡️ Asam amino ini bila berlebih bisa merusak dinding pembuluh darah dan memicu pembekuan darah.
Biasanya meningkat karena kekurangan vitamin B6, B12, atau folat.

6. Heart Rate Variability (HRV)

➡️ Mengukur keseimbangan sistem saraf otonom.
HRV rendah = tubuh stres, sistem saraf simpatis dominan, risiko jantung meningkat.
HRV tinggi = tubuh rileks dan adaptif.

7. Markers of Oxidative Stress

➡️ Indikator seberapa parah tubuh diserang radikal bebas.
Stres oksidatif tinggi mempercepat penuaan sel dan kerusakan pembuluh darah.

Fascia dan Metabolisme: Dua Sisi Koin yang Saling Terhubung

Fascia — jaringan ikat halus yang membungkus seluruh tubuh — ternyata punya hubungan erat dengan metabolisme.

Bayangkan tubuh seperti sebuah kota besar. Pembuluh darah adalah jalan utama, dan fascia adalah sistem trotoar, jembatan, serta penopang yang membuat semua aliran lancar. Nah, kalau fascia kaku, tegang, atau menempel satu sama lain (fascia adhesions), itu seperti ada kemacetan parah di kota — oksigen, nutrisi, dan kolesterol pun terhambat mengalir.

Saat fascia tegang atau kaku karena postur buruk, stres, atau kurang gerak, sirkulasi darah dan limfa terganggu, sehingga sel-sel sulit mendapat oksigen dan nutrisi. Akibatnya, metabolisme tubuh jadi “macet”, produksi energi menurun, dan sistem detoks melemah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sirkulasi mikrovaskular (pembuluh darah kecil di bawah kulit dan otot) sangat bergantung pada kelenturan jaringan fascia.
➡️ Saat fascia kaku, aliran darah dan cairan limfa terhambat.
➡️ Saat sirkulasi terganggu, metabolisme lipid (lemak) jadi tidak efisien.
➡️ Akibatnya, LDL yang harusnya mengantar kolesterol justru “nyangkut” dan mudah teroksidasi.

Menurut James L. Oschman, Ph.D. dalam bukunya Energy Medicine: The Scientific Basis, fascia memiliki sifat piezoelectric, artinya menghasilkan arus listrik alami saat diberi tekanan atau regangan.
Aktivitas gerak yang tepat bisa menstimulasi fascia untuk memulihkan aliran energi seluler dan memperlancar metabolisme, termasuk proses penggunaan kolesterol oleh sel.

Artinya?
Kalau tubuh malas gerak, duduk terlalu lama, atau posturnya tidak seimbang, fascia kehilangan stimulasi piezoelectric-nya. Sirkulasi energi, darah dan metabolisme melambat.

Dan apa yang terjadi ketika metabolisme melambat?
LDL yang seharusnya dipakai untuk membangun, malah menumpuk di sirkulasi darah. Bukan karena tubuh jahat, tapi karena “mesinnya” sedang macet.
Nah, di sinilah awal mula “kolesterol macet” — bukan karena tubuh memproduksi LDL terlalu banyak, tapi karena sistem distribusinya rusak.

Keren ya, ternyata urusan kolesterol bukan sekadar urusan makan gorengan.
Ini tentang bagaimana tubuh bekerja sebagai satu sistem yang seimbang — antara Fascia, Metabolisme, dan juga Mindset.
Dan di sinilah QULBI Method hadir sebagai solusi yang bukan hanya menurunkan angka kolesterol, tapi mengembalikan keseimbangan tubuh dari akarnya.

Bagaimana QULBI Method Jadi Solusi Holistiknya

Di Griya Sehat QULBI, kami melihat penyakit jantung bukan cuma dari angka laboratorium, tapi dari keseimbangan tubuh dan pola hidup secara utuh.
Pendekatan kami disebut QULBI Method, terdiri dari tiga elemen utama:

Baca Juga :  Hydrorelease: Medis Kini Akui Frozen Shoulder Bukan Hanya Radang, Tapi Problem Fascia

1. QULBI Check-Up

Tahap awal untuk mengetahui akar masalah dengan QULBI Chek Up.
Dengan arahan dokter fungsional, klien bukan sekadar periksa LDL, tapi juga rasio TG/HDL, hs-CRP, HOMA-IR, GGT, dan Homosistein.
Hasil ini jadi “peta metabolik” untuk menentukan arah terapi.

2. FASCIA Hack (System Habits)

Teknik terapi fisik khas QULBI yang memadukan:

  • Balancing → memperbaiki struktur tubuh dengan puntir balik,
  • Touching → melepaskan fascia adhesions dengan sentuhan terapeutik,
  • Moving → mengaktifkan kembali gerak tubuh yang alami dan seimbang.

Dengan FASCIA Hack, aliran darah dan limfe lancar, sistem saraf menenangkan, stres berkurang, dan metabolisme membaik.
Hasilnya? Inflamasi turun, sensitivitas insulin meningkat, dan tubuh kembali dalam keadaan homeostasis.

3. QULBI Habits

Inilah jalan panjang menuju penyembuhan sejati.
Terdiri dari tiga lapisan kebiasaan:

A. Input Habits

  • Thinking: mengubah cara berpikir dan manajemen stres.
  • Connecting: memperkuat hubungan vertikal (dengan Allah Ta’ala) dan horizontal (dengan sesama).
  • Eating: makan alami, rendah gula, tinggi serat, dan antiinflamasi.

B. System Habits

Balancing, Touching, Moving (alias FASCIA Hack) sebagai terapi aktif menjaga struktur tubuh tetap seimbang.

C. Output Habits

  • Fasting (puasa sunnah & intermiten) untuk reset metabolik,
  • Sleeping yang cukup dan berkualitas,
  • Cupping (bekam) untuk membuang darah statis, menurunkan inflamasi & detoks tubuh

QULBI Habits bukan sekadar kebiasaan sehat — tapi ritual keseimbangan hidup yang menyalakan sistem penyembuhan alami tubuh.

Penutup: Sehat Bukan Sekadar Angka

Kak, kesehatan jantung sejati bukan cuma tentang “berapa LDL-mu”,
tapi tentang bagaimana tubuhmu hidup selaras dengan ritme alaminya.

LDL hanyalah satu aktor kecil di panggung besar metabolisme.
Kalau kamu memperbaiki struktur tubuh (Balancing), aliran energi (Touching), dan gerakan alami (Moving) —
maka sistem metabolikmu akan menyesuaikan dengan sendirinya.
Itulah kenapa FASCIA Hack dan QULBI Habits adalah langkah nyata untuk menjaga jantung, bukan sekadar menurunkan angka di hasil lab. Inilah Penyebab Penyakit Jantung.

Referensi

  • Oschman, J. L. (2016). Energy Medicine: The Scientific Basis. Churchill Livingstone.
  • Ridker, P. M. et al. (2017). “Inflammation, LDL, and Atherosclerosis.” New England Journal of Medicine.
  • Schleip, R. et al. (2019). “Fascia as a Sensory and Communication Organ.” Frontiers in Physiology.
  • Packer, L. & Cadenas, E. (2021). “Oxidized LDL and Vascular Inflammation.” Free Radical Biology & Medicine.
  • Ouchi, N. & Walsh, K. (2018). “Adiponectin, Metabolism, and Cardiovascular Health.” Nature Reviews Endocrinology.
  • Nakamura, T. et al. (2023). “Triglyceride-to-HDL Cholesterol Ratio and Cardiovascular Risk.” Scientific Reports.
  • Singh, R. et al. (2022). “hs-CRP as a Predictor of Cardiovascular Events.” American Journal of Medicine.
  • Reaven, G. (2019). “Insulin Resistance and Atherosclerosis.” Endocrine Reviews.
  • Konten diskusi di Indonesian Society of Lifestyle & Interdiciplanary Medicine Group oleh dr Oscar Sugi, Sp.PD
  • Syaifullah, E. (2025). QULBI Method: Solusi Nyeri Holistik. Griya Sehat QULBI. www.qulbi.com
0Shares

Griya Sehat QULBI

Spesialis Terapi Nyeri Bekasi

Tinggalkan Balasan